Oleh : Sarvirawantheworld.blogspot.com
Kata Pengantar
Asalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya
memberikan petunjuk, rahmat dan karunia-Nya dengan segala kemudahan-kemudahan
sehingga penyusun berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan dosen mata kuliah
Filsafat Ilmu FKIP Universitas Bengkulu yaitu merangkum buku Filsafat Ilmu
karangan Jujun S. Suriasumantri.
Adapun tujuan dari rangkuman ini adalah selain untuk memenuhi kewajiban
sebagai mahasiswa dan juga sebagai pondasi dasar agar selama melaksanakan studi
dua tahun kedepan kita diberi kemudahan dalam menangkap ilmu yang diberikan
oleh para pengajar. Karena dengan mempelajari Filsafat Ilmu kita akan lebih
memahami bagaimana cara mendalami ilmu dengan benar dan bagaimana cara kita
mengaplikasikan ilmu tersebut dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat.
Penyusun sepenuhnya menyadari bahwa rangkuman ini masih jauh dari
sempurna. Seperti peribahasa "Tak ada gading yang tak retak". Mungkin
itulah yang menggambarkan hasil kerja penyusun. Maka dari itu penyusun menerima
saran dan kritikan konstruktif dari pembaca untuk memacu kami supaya lebih baik
dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga rangkuman ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya
dan pembaca semua pada umumnya dan juga agar dapat menimbulkan kesadaran untuk
lebih giat dalam mencari ilmu .
Bengkulu, Desember 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….................…...
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...................
BAB I KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
1.1. Ilmu dan Filsafat ……………………………………………………….…………….
1.2. Karakteristik Filsafat
…………………………………………………………………
1.3. Filsafat : Peneras Pengetahuan ………………………………………………………
1.4. Bidang Telaah Filsafat
……………………………………………………………….
1.5. Cabang-cabang filsafat ………………………………………………………………
1.6. Filsafat Ilmu
…………………………………………………………………………
1.7. Kerangka Pengkajian Buku
………………………………………………………..…
BAB II DASAR-DASAR
PENGETAHUAN
2.1. Penalaran
…………………………………………………………………………….
2.2. Hakikat Penalaran
…………………………………………………………………...
2.3. Logika
……………………………………………………………………………….
2.4. Sumber Pengetahuan…………………………………………………………………
2.5. Kriteria Kebenaran
…………………………………………………………………..
BAB III ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI
3.1. Metafisika
……………………………………………………………………………
3.2. Beberapa Tafsiran Metafisika
……………………………………………………….
3.3. Asumsi
………………………………………………………………………………
3.4. Peluang
………………………………………………………………………………
3.5. Beberapa Asumsi Dalam Ilmu
………………………………………………………
3.6. Batas-batas Penjelajahan Ilmu
………………………………………………………
3.7. Cabang-Cabang Ilmu
………………………………………………………………..
BAB IV EPISTIMOLOGI:
CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
4.1. Jarum Sejarah Pengetahuan
…………………………………………………………
4.2. Pengetahuan
…………………………………………………………………………
4.3. Metode Ilmiah
………………………………………………………………………
4.4. Struktur Pengetahuan Ilmiah
……………………………………………………….
BAB V SARANA BERPIKIR ILMIAH
5.1. Sarana Berpikir Ilmiah
………………………………………………………………
5.2. Bahasa
……………………………………………………………………………….
5.3. Matematika …………………………………………………………………………..
5.4. Statistika
…………………………………………………………………………….
BAB VI AKSIOLOGII: NILAI KEGUNAAN ILMU
6.1. Ilmu Dan Moral
……………………………………………………………………..
6.2. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
……………………………………………………..
6.3. Nuklir Dan Pilihan Moral
…………………………………………………………..
6.4. Revolusi Genetika
…………………………………………………………………..
BAB VII ILMU DAN KEBUDAYAN
7.1. Manusia Dan Kebudayaan
………………………………………………………….
7.2. Kebudayaan Dan Pendidikan
……………………………………………………….
7.3. Ilmu Dan Perkembangan Kebudayaan
Nasional ……………………………………
7.4. Ilmu Sebagai Suatu Cara berpikir
…………………………………………………..
7.5. Ilmu Sebagai Asas Moral
…………………………………………………………..
7.6. Nilai-Nilai Ilmiah Dan
Pengembangan Kebudayaan Nasional …………………….
7.7. Ke Arah Peningkatan Peranan
Keilmuan …………………………………………..
7.8. Dua Pola Kebudayaan
……………………………………………………………...
BAB VIII ILMU DAN BAHASA
8.1. Tentang Terminologi : Ilmu, Ilmu
Pengetahuan Dan Sains ? Dua Jenis Ketahuan …
8.2. Politik Bahasa Nasional ……………………………………………………………..
BAB IX PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH
9.1. Struktur Penelitian Dan
Penulisan Ilmiah …………………………………………..
9.2. Teknik Penulisan Ilmiah
……………………………………………………………
9.3. Teknik Notasi Ilmiah
………………………………………………………………..
BAB X PENUTUP
10.1. Hakikat dan Kegunaan Ilmu ……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
1.1 Ilmu dan Fisafat
Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa
yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah
hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang
seakan tak terbatas ini.
Berfilsafat
tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri apakah
sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah cirri-cirinya yang hakiki
yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
Mengapa kita mesti mempelajari ilmu ? Dsb.
1.2 Karakteris Filsafat
Menyeluruh : tidak puas mengenali
ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri.
Mendasar : tidak percaya begitu
saja bahwa ilmu itu benar.
Spekulatif : mencurigai atau
memilih buah pikir yang dapat kita andalkan.
1.3 Filsafat: Peneratas Pengetahuan
Filsafat
merupakan langkah awal untuk mengetahui segala pengetahuan.Semua ilmu baik ilmu
alam maupun ilmu soaial, bertolak dari pengembangannya bermula sebagai
filsafat. Sekiranya kita sadar bahwa filsafat adalah marinir bukan pionir karena
bukan pengetahuan yang bersifat merinci.
1.4 Bidang Telaah Filsafat
Filsafat
menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai
dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok,
terjawab masalah yang satu diapun mulai merambah
1.5 Cabang Cabang Filsafat
Cabang Cabang
Filsafat adalah Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika (Filsafat Moral),
Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik (Filsafat Pemerintahan), Filsafat
Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah Dan
Filsafat Matematika.
1.6 Filsafat ilmu
Filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistimologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu
(pengetahuan ilmiah). Filsafat Ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan
filsafat ilmu-ilmu social, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara
ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social dimana keduanya memiliki cirri-ciri
keilmuan yang sama.
1.7 Kerangka Pengkajian Buku
Pembahasan
buku ini ditunjukan kepada orang awam yang ingin mengetahui aspek kefilsafatan
dari bidang keilmuan dan bukan ditujukan kepada mereka yang menjadikan filsafat
ilmu sebagai bidang keahlian. Pada dasarnya buku ini mencoba membahas aspek
ontologis, epistimologis dan aksiologis keilmuan sambil membandingkan dengan
beberapa pengetahuan lain.
Dalam
kaitan-kaitan ini akan dikaji hakikat beberapa saran berpikir ilmiah yakni,
bahasa, logika, matematika dan statistika. Setelah itu dibahas beberapa aspek
yang berkaitan erat dengan kegiatan keilmuan seperti aspek moral, sosial,
pendidikan dan kebudayaan. Akhirnya buku ini ditutup dengan pembahasan mengenai
struktur penelitian dan penulisan ilmiah dengan harapan agar dapat membantu
mereka yang berkarya dalam bidang keilmuan.
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
2.1 Penalaran
Penalaran
adalah berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Dengan penalaran
inilah manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap.
Disamping itu manusia juga mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi
dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2.2 Hakikat Penalaran.
Penalaran
mempunyai ciri-ciri: proses berpikir logis atau dan analitis.Penalaran juga
merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa ilmu
pengetahuan.
2.3 Logika
Logika
didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih (Valid). Logika
berguna dalam proses penenarikan kesimpulan. Logika dibagi menjadi logika
induktif dan logika deduktif.
2.4 Sumber Pengetahuan
Sumber
Pengetahuan, pada dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan pengetahuan yang
benar yaitu mendasarkan diri pada rasio atau disebut rasionalisme dan
mendasarkan diri pda pengalaman atau disebut empirisme, namun masih terdapat
cara lain yaitu intusi (pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu) dan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan
kepada manusia lewat perantara nabi-nabi yang diutusnya).
2.5 Kriteria Kebenaran:
- Teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misal kita menganggap bahwa, "semua manusia pasti akan mati" adalah suatu pernyataan benar maka pernyataan bahwa, "si polan adalah seorang manusia dan si polan pasti akan mati" adalah benar pula karena kedua pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
- Teori Korespondensi yang ditemukan oleh Bertrand Russell (1872-1970). Suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya jika seseorang mengatakan bahwa ibukota republik Indonesia adalah Jakarta maka pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta yang memang menjadi ibukota republik Indonesia.
- Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914). Suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.Misalnya jika orang menyatakan sebuah teori X dalam pendidikan, dan dengan teori X tersebut dikembangkan teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar, maka teori X itu dianggap benar sebab teori X ini fungsional dan mempunyai kegunaan.
BAB III
ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI
3.1 Metafisika
Metafisika
adalah bidang telaah filsafati yang merupakan tempat berpijak dari setiap
pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah.
3.2 Beberapa Tafsiran Metafisika
- Supernaturalisasi adalah paham yang menyatakan bahwa terdapat ujud-ujud bersifat gaib (supernatural) dan ujud-ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebikuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.
- Naturalisme adalah paham yang menyatakan bahwa gjala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang tedapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan diketahui.
3.3 Asumsi
Asumsi
merupakan dugaan-dugaan sementara yang belum jelas kebenarannya, karena belum
ada fakta pendukung yang valid. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi
membantu dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki
kemutlakan seperti halnya agam. Walaupun demikian sampai tahap tertentu ilmu
memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi.
3.4 Peluang
Peluang adalah kemungkinan
kejadian.
3.5 Beberapa Asumsi Dalam Ilmu
- Asumsi yang mendasari telah ilmiah
- Asumsi yang mendasari telaah moral
3.6 Batas-Batas Penjelajahan Ilmu
Batas-Batas Penjelajahan Ilmu adalah
pengalaman manusia dan pengetahuan yang telah diuji kebenaranya secra empiris.
3.7 Cabang-Cabang Ilmu
Dua cabang utamanya yaitu:
- Filsafat alam yang kemudian menjadi ilmu-ilmu alam (the natural science)
- Filsafat moral yang kmudian menjadi ilmu-ilmu sosial (the social science)
Disamping itu terdapat juga :
Ilmu Humaniora dan Ilmu Matematika.]
BAB IV
EPISTIMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
4.1 Jarum Sejarah Pengetahuan
Pada waktu dulu
kriteria kesamaan yang menjadi konsep dasar. Semua menyatu dalam kesatuan yang
batas-batasnya kabur dan mengambang. Tidk terdapat jarak antara objek yang satu
dengan objek yang lain, antara ujud yang satu dengan ujud yang lain. Konsep
dasar ini baru mengalami perubahan fundamental dengan berkembangnya abad penalaran
pada pertengahan abad ke 17.
Pohon
pengetahuan mulai dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa yang diketahui,
bagaimana cara mengetahuinya dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan.
Berdasarkan objek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu
social. Dari cabang ilmu yang satu sekarang ini diperkirakan berkembang lebih
dari 650 cabang disiplin ilmu.
4.2 Pengetahuan
Pengetahuan
pada hakekatmya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek
tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai jenis pengetahuan
lainya seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental
yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita.
Setiap jenis
pengetahuan mempunyai cirri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
(epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Jika
ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris
dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variable yang terikat dalam
sebuah hubungan yang bersifat rasional, maka seni (paling tidak seni sastra),
mencoba mengungkapkan obyek penelaahan itu sehingga menjadi bermakna bagi
pencipta dan mereka yang meresapinya, lewat berbagai kemampuan manusia untuk
menangkapnya, seperti pikiran emosi dan pancaindra.
Satu jembatan
yang menghubungkan antara seni terapan dengan ilmu dan teknologi adalah
pengembangan konsep teoritis yang besifat mendasar yang selanjutnya dijadikan
tumpuan untuk mengembangkan pengetahun ilmiah yang bersifat integral. Ilmu dan
filsafat dimulai dengan akal sehat sebab tak mempunyai landasan permulaan lain
untuk berpijak.
4.3 Metode Ilmiah
Metode Ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu
didapat dari metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu.
Syarat yang
harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan
ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran, sehingga pengetahuan yang dihasilkan
mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu
sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusun
merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Dalam hal ini
metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif dalam
membangun tubuh pengetahuannya. Proses kegiatan ilmiah menurut Ritchie Calder
dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Sehingga, karena masalah ini berasal
dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan
objek yang bersangkutan yang bereksistensi dalam dunia empiris pula.
Teori
merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara secara rasional
digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu
penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Adapun
tahapan dalam kegiatan ilmiah, yaitu:
- Perumusan Masalah
- Penyusunan kerangka berpikir
- Perumusan hipotesis
- Pengujian hipotesis
- Penarikan kesimpulan.
4.4 Struktur
Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan
yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi
syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau
ilmu. Ada pun
struktur pengetahuan ilmiah sebagai berikut :
- Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
- Hukum yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.
- Prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi.
- Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya.
BAB V
SARANA BERPIKIR ILMIAH
5.1 Sarana Berpikir Ilmiah
Untuk dapat
melakukan kegiatan berpikir ilmiah demham baik, maka diperlukan sarana yang
berupa bahasa, logika, matematika dam statistika.
5.2.Bahasa
Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuan berbahasanya. Tanpa bahasa maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan, tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak mungkin mengembangkan kebudayaannya, dan tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuan berbahasanya. Tanpa bahasa maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan, tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak mungkin mengembangkan kebudayaannya, dan tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Jika kita
berbicara maka hakikat informasi yang kita sampaikan mengandung unsur emotif,
demikian jika kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur
informatif. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan dan
sikap
5.3 Matematika
Matematika
merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang kita
sampaikan, lambang dari matematika bersifat artifisialis, mempunyai arti jika
diberikan sebuah makna kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif dan sebagai
sarana berpikir deduktif.
5.4 Statistika
Peluang yang
merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal
dalam pemikiran Yunani Kuno,Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan.
Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang
dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang.
Konsep
statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam
suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menaruk
kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari
populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif
tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut.
Statistika
juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan
kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetuln atau memang
benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.
BAB VI
AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU
6.1 Ilmu dan Moral
Benarkah bahwa
makin cerdas, maka makin pandai kita menemukan kebenaran, makin benar maka
makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia mempunyai penalaran tinggi, lalu
makin berbudi, sebab moral mereka dilandasi oleh anlisis yang hakiki, atau
sebaliknya makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta?. Masalah moral
berkaitan dengan metafisika keilmuan, maka dalam tahap manipulasi ini masalah
moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah.
Ontologi
diartikan sebagai pengkajian mengenai hakikat realitas dari objek yang di
telaah dalam membuahkan pengetahuan, aksiologi diartikan sebagai teori nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sokrates minum
racun, John Huss dibakar sebagai contoh betapa ilmuan memiliki landasan moral,
jika tidak ilmuan sangat mudah tergelincir dalam prostitusi intelektual.
6.2 Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
Seorang ilmuan
mempunyai tanggung jawab sosial di bahunya. Bukan saja karena ia adalah warga
masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung dengan di masyarakat
yang yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam
keberlangsungan hidup manusia.
Sampai ikut
bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten dengan proses
penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan bahwa ilmu itu bebas dari
sistem nilai. Ilmu itu sendiri netraldan para ilmuanlah yang memberikannya
nilai.
6.3 Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang ilmuan
secara moral tidak akam membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk
menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri.
Seorang ilmuan tidak boleh berpangku tangan, dia harus memilih sikap, berpihak
pada kemanusiaan. Pilihan moral memang terkadang getir sebab tidak bersifat
hitam di atas putih. Seperti halnya yang terjadi pada Albert Einstein
diperintahkan untuk membuat bom atom oleh pemerintah negaranya.
Seorang ilmuan
tidak boleh menyembunyikan hasil penemuannya, apapun juga bentuknya dari
masyarakat luas serta apapun juga konsekuensi yang akan terjadi dari
penemuannya itu. Seorang ilmuan tidak boleh memutar balikkan temuannya jika
hipotesis yang dijunjung tinggi tersusun atas kerangkan pemikiran yang
terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan
dengan fakta-fakta pengujian.
6.4 Revolusi Genetik
Revolusi
Genetik merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuwan manusia sebab sebelum
ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek penelaah itu sendiri. Hal
ini bukan berarti bahwa sebelumnya tidak pernah ada penelaahan ilmiah yang
berkaitan dengan jasad manusia, tentu saja banyak sekali, namun
penelaahan-penelaahan itu dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi.
Dengan
penelitian genetika maka masalahnya menjadi sangat lain, kita tidak lagi
menelaah organ-organ manusia dalam upaya untuk menciptakan teknologi yang
memberikan kemudahan bagi kita, melainkan manusia itu sendiri sekarang menjadi
objek penelaah yang akan menghasilkan bukan lagi teknologi yang memberikan
kemudahan, melainkan teknologi untuk mengubah manusia itu sendiri. Pembahasan
ini berdasarkan kepada asumsi bahwa penemuan dalam riset genetika akan
dipergunakan dengan itikad baik untuk keluhuruan manusia.
BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN
7.1 Manusia dan Kebudayan
Manusia dalam
kehidupan mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya kebutuhan hidup iilah
yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, menurut Ashley Montagu, kebudayaan
mencerminkan tanggapan manusia terhadapa kebutuhan dasar hidupnya.
Manusia
berbeda dengan binatang bukan saja dalam banyaknya kebutuhan namun juga dalam
cara memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah, dalam konteks ini, yang
memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang. Maslow
mengidentifikasikan lima
kelompok kebutuhan manusaia yakni kebutuhan fisiologi, rasa aman, afiliasi,
harga diri dan pengembangan potensi.
7.2 Kebudayaan dan Pendidikan
Allport, Venon
dan lindzey (1951) mengidentifikasikan enam nilai dasar dalam kebudayaan yakni
nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, dan agama .Yang dimaksud
dengan nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode
seperti rasionalisme, empirisme dan metoda ilmiah.
Setiap
kebudayaan mempunyai skala hirarki mengenai mana yang lebih penting dan mana
yang kurang penting dari nilai-nilai tersebut di atas serta mempunyai penilaian
sendiri dari tiap-tiap katagori.
7.3 Ilmu dan Perkembangan Kebudayaan
Nasional.
Ilmu merupakan
bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur kebudayaan. Disatu
pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung kondisi
kebudayaannya, tapi dipihak lain pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya
kebudayaan. Menurut Talcot Persons :"Ilmu dan kebudayaan itu terpadu
secara intim dengan seluruh struktur sosial dan tradisi kebudayaan "
Peranan ganda
ilmu dalam pengembangan kebudayaan nasional adalah sebagai berikut :
1.
Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung
terselenggaranya perkembangan kebudayaan nasional
2.
Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan
watak suatu bangsa.
Kedua hal ini
terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Pengkajian perkembangan kebudayaan
nasioal tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu.
Seiring
perjalan waktu, dewasa ini kurun ilmu dan teknologi menjadi pengembangan utama
bidang ilmu dan secara tidak langsung kebudayaan kita tak terlepas dari
pengaruhnya, sehingga kita harus ikut memperhitungkan hal ini. Untuk itu
dibicarakan peranan ilmu sebagai sumber nilai yang ikut mendukung pengembangan
kebudayaan nasional.
7.4 Ilmu Sebagai Suatu Cara Berpikir
Berpikir
ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu, yang memiliki dua kriteria utama, yaitu :
1.Pernyataan
harus logis.
2.Didukung
fakta empiris (Empiris : berdasarkan pengalaman dan pengetahuan)
Kedua kriteria tersebut saling mengikat, yang pertama setiap
pernyataan yang disampaikan harus logis dan diperolah dari fakta-fakta empiris,
merupakan hakikat berpikir ilmiah.
Dari hakikat ini, kita dapat
menyimpulakan beberapa karakteristik ilmu :
1.
Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mencapai
pengetahuan yang benar.
2.Akar berpikir yang logis yang konsisten
dengan pengetahuan yang ada.
3.Pengujian secara empiris sebagai
kriteria kebenaran objektif.
4.Mekanisme yang terbuka terhadap
koreksi
Maka disimpulkan manfaat
karakteristik ilmu ialah rasional,logis,objektif dan terbuka dan kritis sebagai
landasannya.
7.5 Ilmu Sebagai Asas Moral
Artinya dalam
menetapkan suatu pernyataan apakah itu benar atau tidak maka seorang ilmuwan
akan menarik kesimpulannya kepada argumentasi yang terkandung dalam pernyataan
itu dan bukan kepada pengaruh yang berbentuk kekuasaan dari kelembagaan yang
mengeluarkan pernyataan itu.
Hal ini sering
menempatkan ilmuwan pada tempat yang bertentangan dengan pihak yang berkuasa
yang mungkin mempunyai kriteria kebenaran yang lain.Kriteria ilmuwan dan
politikus dalam membuat pernyataan adalah berbeda. Menurut Szilard : jika
seorang ilmuwan mengatakan sesuatu, rekan rekannya pertama kali akan bertanya
apakah yang dinyatakan itu mengandung kebenaran.
Sebaliknya
jika seorang politikus mengatakan sesuatu maka rekan rekannya pertama kali akan
bertanya, " mengapa ia menyatakan hal itu " lalu bertanya pernyataan itu mengandung
kebenaran atau tidak..
Disamping itu
kebenaran bagi ilmuwan mempunyai kegunaan yang universal bagi umat manusia
dalam meningkatkan martabat ke manusiaanya.
Dalam
kenyataannya pelaksanaan asas moral ini tidak mudah sebab tahap perkembangan
ilmu yang sangat awal kegiatan ilmiah ini dipengaruhi oleh struktur kekuasaan dari
luar. Menurut Bachtiardalam Jujun. S. Suriasumantri ( 1998,275) lebih menonjol
lagi pada Negara yang sedang berkembang, karena sebagian besar kegiatan
keilmuan merupakan kegiatan aparatur negara.
7.6. Nilai-Nilai Ilmiah dan
Pengembangan Kebudayaan Nasional
Ada 7 nilai yang
terkandung dalam dari hakikat keilmuan yaitu kritis, rasional, logis, objektif
, terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal. Ketujuh sifat ini
sangat konsisten untuk membentuk bangsa yang modern. Karena bangsa yang modern
akan menghadapi banyak tantangan di segala bidang kehidupan.
7.7 Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan
Jika menurut
kita benar bahwasanya ilmu bersifat mendukung budaya nasional,maka kita perlu
meningkatkan peranan keilmuan dalam kehidupan kita. Beberapa langkah yang dapat
kita gunakan yang pada pokoknya mengandung beberapa pemikiran sebagai berikut:
- Ilmu merupakan bagian kebudayaan,sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan ilmu harus memperhatikan kebudayaan kita.
- Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran.
- Asumsi dasar dari setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah percaya dengan metode yang digunakan.
- Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral.
- Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat
- Kegiatan ilmah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan.
Keenam hal ini merupakan
langkah-langkah untuk memberi kontrol bagi masyarakat terhadap kegiatan ilmu
dan teknologi.
7.8 Dua Pola
Kebudayaan
Dua pola
kebudayaan dan ilmu yang bergulir di Indonesia, adalah ilmu-ilmu alam
dan ilmu-ilmu social. Kenapa hal ini terjadi,ini terjadi karena besarnya
perbedaan antara ilmu social dan ilmu alam. Contohnya, jika kita belajar ilmu
alam dengan subjek batu, kira-kira saat lain di teliti lagi maka kemungkinan
besar akan berhasil dengan nilai yang sama,tetapi tidak demikin dalam ilmu
social, dalam ilmu social, ilmu social bergerak lebih fleksibel dan dapt
berubah sewaktu-waktu.
Namun kedua
hal itu bukan merupakan masalah, kedua hal itu tidak mengubah apa yang menjadi
tujuan penelitian ilmiah. Ilmu bukan bermaksud mengumpulkan fakta tapi untuk
mencari penjelasan dari gejala-gejala yang ada, yang memungkinkan kita
mengetahui kebenaran hakikat objek yang kita hadapi.
Ada dua factor yang
menjadi landasan suatu analisis kuantitatif ilmu social yaitu: sulitnya
melakukan pengukuran,karena emosi dan aspirasi merupakan unsure yang sulit dan
yang kedua banyaknya variable yang mempengaruhi tingkah laku manusia.
Hal seperti
inilah yang menyebabkan ilmu alam lebih maju dari pada ilmu social. Itu
dikarenakan ilmu social lebih terpaku pada tahap kualitatif,dan untuk mengubah
ini ilmu social harus lebih masuk ketahap kuantitatif.
Pada akhirnya
harus kita sadari bahwa adanya dua jurusan dalam bidang ilmu ini memerlukan
suatu usaha yang fundamental dan sistematis dalam menghadapinya. Karena
bagaimanapun ilmu social tidak dapat terpisah dan berdiri sendiri dan begitupun
ilmu alam tetap terikat secara social.
BAB VIII
ILMU DAN BAHASA
8.1 Tentang
Terminologi : Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan sains ? Dua Jenis Ketahuan
Manusia dengan
segenap kemampun kemanusiannya seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra
dan intuisi mampu menangkap alam hidupnya dan mengabstraksikan tangkapan
tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk "ketahuan umpamanya
kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah, filsafat.
Terminologi
ketahuan ini adalah termonologi artifisial yang bersifat sementara sebagai
analisis yang pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk
kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu . Apa yang kita peroleh
dalam proses mengetahui tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya
kita masukan kedalam kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa inggris
sinonim dari ketahuan ini adalah knowledge.
Ketahuan atau
knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang
kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam dan biologi
itu sendiri.
8.2 Politik Bahasa
Nasional
Pada tanggal
28 oktober 1928 bangsa Indonesia
telah memilih Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasioal. Alasan utama pada waktu
itu lebih ditekankan pada fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana untuk
mengintegritaskan berbagai suku kedalam satu bangsa yakni Indonesia.
Tentu saja terdapat juga evalusai yang berkonotasi dengan ketentuan Bahasa
Indonesia selaku fungsi komunikatif yakni fakta bahwa Bahasa Indonesia
merupakan lingua franca dari sebagian besar penduduk,
Selaku alat
komuniksi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni, pertama, bahasa
selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan
(emotif), kedua, berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga, berkonotasi pikiran
(penalaran). Atau secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa
dapat diperinci lebih lanjut menjadi fungsi emotif, afektif dan penalaran.
BAB IX
PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH
9.1 Langkah
–Langkah dalam Penulisan Ilmiah
1. Struktur
Penelitian dan Penulisan Ilmiah
Pengajuan Masalah,
Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah,
Pembatasan Masalah,
Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, dan Kegunaan
Penelitian
2. Penyusunan
Kerangka Teoritis Dan Pengajuan Hipotesis
Pengkajian mengenai teori-teori
yang akan dipergunakan dalam analisa.
Pembahasan mengenai
penelitian-penelitian lain yang relevan;
Penyusunan
kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan mempergunakan premis-premis yang tercantum pada butir (1)
dan butir (2) dengan menyatakan secara
tersurat postulat, asumsi dan prinsip yang dipakai ( bila dipergunakan);
Perumusan hipotesis
3. Metodologi
Penelitian
Tujuan
penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang
mengidentifikasi variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang akan
ditelit;
Tempat dan
waktu yang akan dilakukan generalisasi mengenai variabel yang diteliti;
Metode
penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat
generalisai yang diharapkan;
Teknik
pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tigkat keumuman dan
metode penelitian.
Teknik
pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan dikumpulkan,
sumber, teknik pengukuran, instrumen dan teknik mendapatkan data.
Teknik
analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang
dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis (sekiranya memakai
statistika maka tulisan hipotesis nol dan hipotesis tandingan; H0 / H1).
4. Hasil Penelitian
Menyatakan variabel-variabel yang
diteliti;
Menyatakan teknik analisis data;
Mendeskripsikan hasil analisis
data;
Memberikan penafsiran terhadap
kesimpulan analisis data;
5 Ringkasan
dan Kesimpulan
Deskripsi
singkat mengenai masalah, krangka teoretis, hipotesis, metodologi dan penemuan
penelitian;
Kesimpulan
penelitian merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan aspek di atas;
Pembahasan
kesimpulan penelitian dengan cara membandingkan dengan penelitian lain dan
pengetahuan ilmiah yang relevan;
Mengkaji implikasi
penelitian;
Mengajukan
saran
6. Abstrak
7. Daftar
Pustaka
8. Riwayat
Hidup
9. Usulan
Penelitian
10. Lain-lain
11. Penutup
12. Catatan Akhir
9.2 Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik
Penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan
ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah
yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan
tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan yag bersifat reproduktif dan
impersonal.
9.3 Teknik Notasi Ilmiah
Tanda catatan
kaki diletakan di ujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan angka arab
yang diketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut
mulai dari angka 1 sampai habis dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab
yang baru. Satu kalimat mungkin terdiri dari beberapa catatan kaki sekiranya
kalimat itu terdiri dari beberapa kutipan. Semua kutipan, baik yang dikutup
secara langsung maupun secara tidak langsung, Sumbernya kemudian kita sertakan
dalam daftar pustaka.
BAB X
PENUTUP
10.1 Hakikat dan Kegunaan Ilmu
Ilmu memiliki
fungsi yang bersifat estetik, yang kalau kita konsumsikan dengan baik,
memberikan kenikmatan batiniah atau kepuasan jiwa. Jiwa kita tergetar, terharu,
tersenyum oleh komunikasi aristik, menyebabkan dunia makna yang tak terjangkau
kasat mata. Jiwa kita bertambah kaya, persepsi kita bertambah dewasa, yang
selanjutnya akan mengubah sikap dan kelakuan kita.
DAFTAR PUSTAKA
S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2007
Berbagai sumber
Posting Komentar