Headlines News :
Home » » Perang Padri tahun 1821-1837

Perang Padri tahun 1821-1837

Written By Mas Wanto on 13 Oktober 2012 | Sabtu, Oktober 13, 2012




Perang Padri tahun 1821-1837

Pernahkan Anda berselisih dengan Saudara Anda, kemudian ada orang lain yang memusuhi Anda dan orang tersebut bersekutu dengan Saudara Anda tadi untuk mengalahkan Anda? Bagaimana usaha Anda untuk menghadapi mereka? Pertanyaan di atas mirip dengan perjuangan kaum Padri di Sumatra Barat yang berpusat di daerah Bonjol. Untuk memperjelas wawasan Anda mengenai lokasi Perang Padri, perhatikanlah secara seksama gambar peta berikut ini. 

 
Mengapa perlawanan di Sumatra Barat disebut Perang Padri? Istilah Padri berasal dari kata Padre yang berarti Ulama. Pada mulanya perang Padri merupakan Perang Saudara antara para Ulama berhadapan denegan Kaum Adat. Setelah Belanda ikut campur yang semula membantu kaum adat berubahlah perang itu menjadi perang Kolonial.

a.
Pertentangan antara Kaum Padri dan Kaum Adat itu dapat dikemukankan sebab-sebabnya sebagai berikut :

-
Kaum Adat adalah kelompok masyarakat yang walaupun telah memeluk agama islam namun masih teguh memegang adat dan kebiasaankebiasaan lama yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Contoh :


Menurut adat Minangkabau, warisan diberikan menurut aturan Matrilineal (menurut garis Ibu). Tahukan Anda mengapa garis Matrilineal dikatakan bertentangan dengan ajaran Islam? Tuliskan perdapatmu pada baris titik-titik ini .
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
Menurut hukum Islam maka pembagian warisan itu berdasarkan garis patrilineal (garis keturunan ayah). Sedangkan kebiasaan lama yang buruk dan bertentangan dengan agama adalah berjudi, menyabung ayam serta meminum minuman keras. Salah seorang pemimpin kaum Adat ialah Datuk Sati.


-
Kaum Padri adalah kelompok masyarakat Islam di Sumatra Barat yang telah menunaikan ibadah haji di Mekkah serta membawa pandangan baru. Terpengaruh oleh gerakan Wahabi mereka berusaha hidup sesuai dengan ajaran Al’quran dan Hadist, berusaha melakukan pembersihan terhadap tindakan-tindakan masyarakat yang menyimpang dari ajaran tersebut. Beberapa tokoh kaum Padri adalah Haji Miaskin, Haji Sumanik, Haji Piobang. Tokoh lainnya adalah Malin Basa ( terkenal dengan nama Imam Bonjol), Tuanku Mesiangan, tuanku Nan Renceh dan Datok Bandaharo.

Dengan perbedaan yang cukup mendasar tersebut terjadilah perebutan pengaruh antara kaum adat dan kaum Padri di tengah-tengah masyarakat. Pernah diadakan pertemuan untuk mengakhiri perbedaan tadi di Koto Tengah namun tidak berhasil dan bahkan memicu pertikaian. Untuk menghadapi kaum Padri maka kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda pada tahun 1821 yang dapat Anda perlajari pada uraiannya berikut ini.



b.
Jalannya Perang Padri

I.
Tahun 1821-1825
Pada bulan April tahun 1821 terjadi pertempuran antara kaum Padri melawan Belanda dan kaum Adat di Sulit Air dekat danau Singkarak. Belanda mengirimkan tertaranya dari Batavia di bawah pimpinan Letkol Raaf dan berhasil menduduki Batusangkar dekat Pagaruyung lalu mendirikan benteng yang bernama Fort Van der Capellen. Pada tahun 1824 dan 1825 terjadi perjanjian perdamaian antara Belanda dengan kaum Padri di Padang yang pada pokoknya tidak akan saling menyerang.




II.
Tahun 1825-1830
Pada periode ini Belanda juga sedang menghadapi perang Diponegoro sehingga perjanjian perdamaian di atas sangat menguntungkan Belanda. Untuk menghadapi Kaum Padri, Belanda membangun benteng disebut Fort de Kock ( nama panglima Belanda) di Bukittinggi.




III.
Tahun 1831-1837
Belanda bertekad mengakhiri perang Padri setelah dapat memadamkan Perang Diponegoro. Tindakan yang dilakukan Belanda adalah mendatangkan pasukan dipimpin oleh Letnan Kolonel Elout kemudian Mayor Michaels dengan tugas pokok menundukkan Kaum Padri yang berpusat di Ketiangan dekat Tiku. Selain itu Belanda juga mengirim Sentot Ali Basa Prawirodirdjo (bekas panglima Diponegoro) serta sejumlah pasukan dari pulau Jawa walaupun kemudian berpihak kepada kaum Padri. Sejak tahun 1831 kaum Adat bersatu dengan kaum Padri untuk menghadapi Belanda.





Pada tanggal 25 Oktober 1833 Belanda menawarkan siasat perdamaian dengan mengeluarkan Plakat Panjang yang isinya sebagai berikut:
1.
Belanda ingin menghentikan perang
2.
Tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Minangkabau
3.
Tidak akan menarik cukai dan iuran-iuran.
4.
Masalah kopi, lada dan garam akan ditertibkan.





Imam Bonjol tetap waspada dengan siasat Belanda itu. Setelah tahun 1834 terjadi lagi serangan sasaran utama serangan Belanda adalah benteng Bonjol yang dapat direbutnya pada tanggal 16 Agustus 1837. Belanda mengajak Imam Bonjol berunding namun kemudian ditangkap. Ia dibawa ke Batavia lalu dipindahkan ke Miinahasa sampai wafatnya tahun 1864 dalam usia 92 tahun. Perlawanan dilanjutkan oleh Tuanku Tambusai yang dapat dikalahkan Belanda tahun 1838.

Demikianlah uraian tentang Perang Padri yang telah anda pelajari. Sebagai kesimpulan dapat dikemukakan tiga hal pokok sebagai berikut :



Untuk menguji pemahaman Anda, kerjakanlan soal-soal di bawah ini dengan jelas.
1.
Siapakah nama tokoh yang tertera gambarnya Di samping ini?
2.
Jelaskan peranan tokoh tersebut dalam perang Padri
3.
Apa tujuan hidup Kaum Padri ?
4.
Mengapa Belanda mengajak berdamai dengan kaum Padri pada tahun 1825
5.
Kemukakan pendapatmu mengenai sikap Sentot Ali Basa Prawiradirdjo dalam Perang Padri

Tidak sulit bukan? Kini cocokkan jawaban Anda dengan uraian di bawah ini.
1.
Tuanku Imam Bonjol yang nama aslinya Malin Basa
2.
Salah satu pemimpin perang Padri yang gigih melawan Belanda namun saat berunding ditipu Belanda dan ditangkap sehingga perlawanan mengendor.
3.
Hidup sesuai dengan ajaran Al’Quran dan Hadist serta berusaha membersihkan tindakan masyarakat yang menyimpang dari ajaran itu.
4.
Karena Belanda harus menghadapi perang Diponegoro tahun 1825-1830 yang cukup merepotkan.
5.
Sikap Sentot memihak Kaum Padri sangat tepat karena membuktikan rasa nasionalisme yang tinggi walaupun mengandung resiko yang cukup berat.

Apakah jawaban Anda sudah tepat? Jika ada yang belum tepat, pelajarilah kembali bacaan di atas sampai Anda memahami dengan baik. Kini tetapkah berkonsentrasi untuk melanjutkan belajar tentang Perang Diponegoro.


Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Mas Wanto Template | Find The World
Copyright © 2013. Find The World - All Rights Reserved
Template Created by Creating Published by Mas Wanto
Proudly powered by Find The World